27 January, 2009

UNTAIAN KATA BUAT GURU

" GURU NU GEUGEUT NU RAHEUT"

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
PANG LENYEPANKEUN KU HATE JEUNG LELEMBUTAN
PANG LENYEPANKEUN KU BASA JEUNG RUMASA

SAHA NU BAHEULA NGAJAR NGEJA JENG MACA
SAHA NU BAHEULA NGAJARKEUN ALIF BA TA SA
SAHA NU BAHEULA MAMATAHAN NGITUNG
SAHA NU BAHEULA NGAJARKEUN ASIH JEUNG KA HEMAN
SAHA NU BAHEULA NGAJARKEUN HIRUP JEUNG KAHIRUPAN

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
NU BAHEULA SOK DI GUGU JEUNG DI TIRU
NU DIHORMAT DI DAMA-DAMA
NU BAHEULA DIPIKA ASIH NUNDA KAHEMAN
KIWARI KABANGBALERKEUN KAPOPOHOKEUN
KATURUBAN ARI PAJABAT KATINCAK SAPATU RAJA

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
MUN TAYA GURU
URANG MOAL BISA NYIEUN IEU BLOG
MUN TAYA GURU
PAK SBY MOAL BISA JADI PRESIDEN
MUN TAYA GURU
REK SAHA NU JADI PRESIDEN
MUN TAYA GURU
NAON BEDANA MANUSA JEUNG KUYA

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
GURU AYA NU NYINGKUR DISISI GUNUNG TEU EMBUNG
AYA NU DIPASIR DISISI GAWIR, TEU NAMPIK
GURU AYA NU DILEBAK DIBUNGBULANG TEU NOLAK
ASAL MANUSA JADI MANUSA

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
TIKAMARI-TIKAMARI
GURU TEU NAMPIK MUN GAJIH LEUTIK
TEU ARAL PEDAH MALARAT
TAPI GURU ARAH JEUNG MARUDAH
MUN KA ADILAN DI TUNDA DINA TONG SAMPAH

DEUDEUH TEUING NU APILAIN
LAIN GURU REK JAJALUK
LAIN HAYANG DIPAKARUNYA
TAPI HAK NA TONG DIGUNASIKA

PANG MALUTKEUN RAHEUTNA GURU
PANG NYEKAKEUN CIMATA GURU

23 January, 2009

DUA MODEL PEMBELAJARAN YANG INOVATIF


PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP
Oleh: Iwan Sumantri, S.Pd

A. Pendahuluan
Saat ini, pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi siswa, telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang hanya berpusat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa saat ini.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
B. Latar Belakang
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai mahluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggungjawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar kelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan biasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggungjawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa heterogen (kemampuan, gender,karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggungjawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Pada pembelajaran matematika di kelas, belajar matematika dengan kerja kelompok adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada suatu keadaan khususnya hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini kelompok siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas matematika yang diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah. Kegiatan kelompok kooperatif terkait dengan banyak pendekatan atau metode, seperti eksperimen, investigasi, eksplorasi, dan pemecahan masalah.

Banyak macam kegiatan belajar berkelompok atau kerja kelompok. Diskusi dan pengembangan komunikasi untuk saling belajar dan menyampaikan pendapat merupakan hal yang dituntut dan sekaligus dipelajari. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mengakar di masyarakat, tetapi tanpa pendidikan dan pelatihan hasil yang secara intuitif tidak sebanyak jika direncanakan. Beberapa Model Pembelajaran diantaranya : (1) Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/Problem Based Instruction) meliputi (a) Means-End Anallysis (b) Creative Problem Soving (c) Double Loop Problem Solving (2) Model Pembelajaran Langsung (3) Model Pembelejaran Kooperatif diantaranya (a) Circle Of Learning/Belajar Bersama , (b) Grup Penyelidikan/Group Investigation; (c) Co-op-co-op; (d) Jigsaw, (e) Numbered Heads Together/NHT; (f) Student Teams-Achievement Division /STAD; (g) Team Assisted-Individualization atau Team Accelareted Instruction/TAI; (h) Teams Games-Tournament /TGT dan yang lainnya.
Berikut ini akan disajikan perbandingan dua model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams-Achievement Divisions) dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Game-Turnament). Dua dari bentuk pembelajaran kooperatif yang menurut penulis setaraf adalah STAD dan TGT. Kedua metode ini juga merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling banyak diaplikasikan dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di SMP, karena memiliki kemiripan. Untuk itulah maka penulis memilih kedua pembelajaran kooperatif tersebut
C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks adalah sebagai berikut:
- Pengarahan
- Buat kelompok heterogen (4-5 0rang) campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll)
- Diskusikan bahan belajar-LKS-Modul secara kolaboratif
- Sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas
- Guru memberi kuisi individual /pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
- Membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward
- Kesimpulan
Menurut Robert E Slavin dan kawan-kawan , model CL tipe STAD terdiri dari 5 komponen (fase) , yakni :
1. Presentasi Kelas (Class presentation)
2.
Pembentukan tim (Teams)
3.
Kuis Individu (Individual Quizzes)
4.
Perubahan skor individu (Individual improvement score)
5.
Pengakuan tim (Team recognition)
Model ini sangat cocok untuk menyajikan materi pembelajaran terstruktur, yang terdiri dari beberapa bagian dan saling berhubungan antar bagian-nya. Misalnya seorang guru akan menyajikan pokok materi/ bahasan yang tertruktur terdiri atas 4 sub pokok materi/ bahasan A, B, C dan D. Artinya, sebelum dapat mempelajari sub B, siswa harus menguasai sub A, sebelum mempelajari sub c, siswa harus sudah menguasai sub A dan sub B, demikian seterusnya untuk sub D.
Langkah-langkah :
Fase 1 : Guru pSeni SeniGuru di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari, misalnya konsep, materi secara garis besar dan prosedur kegiatan (eksperimen).
Guru juga perlu menjelaskan tata cara kerjasama dalam kelompok, terutama kepada kelompok atau kelas yang belum terbiasa menjalankan model CL.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok, berdasarkan kemampuan (prestasi sebelumnya), jenis kelamin, ras dan etnik. Jumlah anggota tiap kelompok antara 4-5 orang siswa
Fase 3 : Bekerja dalam kelompok, Siswa belajar bersama, diskusi, menjawab soal atau mengerjakan eksperimen sesuai LKS yang diberikan guru
Fase 4 : Scafolding. Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas
Fase 5 : Validation. Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan memberikan kesimpulan hasil tugas kelompok
Fase 6 : Quizzes. Guru mengadakan kuis secara individual. Hasil nilai yang diperoleh tiap anggota, dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok, untuk menentukan predikat kelompok. Dalam menjawab quiz, anggota tidak boleh saling membantu. Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil quiz disebut skor perkembangan. Penghitungan skor perkembangan sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai Penghargaan Kelompok (Penghitungan skor Perkembangan)
NO
SKOR TES
NILAI PERKEMBANGAN
1.
Lebih dari 20 poin di atas skor awal
30
2
Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal
20
3
Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal
10
4
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
Fase 7 : Penghargaan kelompok : Berdasarkan skor penghitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk menentukan predikat tim (lihat Tabel 2)
Tabel 2 : Perolehan Skor dan Predikat Tim Tipe STAD
NO
PREDIKAT TIM
RATA-RATA SKOR
1
Super Team
25 - 30
2
Great Team
20 - 24
3
Good team
15 - 19
Fase 8 : Evaluasi oleh guru
Persiapan yang harus dilakukan guru jika akan menggunakam model pembelajaran STAD:
1.Persiapan : Lembar Kerja Siswa (LKS)
  1. 2.Persiapan Lembar Pertanyaan Quiz dan lembar jawab.
  2. 3.Sediakan Tabel nilai Konversi perubahan skor awal dengan skor hasil kuis individu
  3. 4.Sediakan tanda penghargaan/ sertifikat sederhana
  4. 5.Validasi kelas, bimbingan terhadap kelompok dan individu
2. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda, Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerjasama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kleompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian rapor. Dengan sintaksnya sebagai berikut:
-
Buat kelompok siswa heterogen 4-5 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan
-
Siapkan meja turnament secukupnya, misal 10 meja untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, Meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
-
Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu ( misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnament untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnament sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superrior, very good, good, medium.
-
Bumping, pada turnament kedua begitu juga untuk turnament ketiga-keempat dst), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnament sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnament yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
-
Setelah selesai hitunglah skor tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
Model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena waktu relatif lebih singkat dan cara melakukannya relatif lebih mudah dibanding STAD. Untuk kelas-kelas di Indonesia, fase-fase TGT dikembangkan dari empat menjadi delapan, sebagai berikut :
Fase 1 : Penjelasan guru (Teacher presentation).
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelom-pok.
Fase 2 : Pembagian kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan krite-ria kemampuan (prestasi) siswa dari pretest atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 4– 5 orang (Slavin, 1998).
Fase 3 : Kerja kelompok (Team study)
Setelah menerima LKS dari guru, siswa bekerjasama dalam kelompok masing-masing, diskusi, praktikum atau menjawab soal-soal pada LKS.
Fase 4 : Bimbingan kelompok/ kelas (Scafolding)
Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dan sikap siswa secara individual dalam kerja kelompok
Fase 5 : Tournament (Quizzes)
Guru membagikan lembar soal tournament (quizzes). Jumlah soal turnamen antara 10 – 30 butir soal. Aturan main tournamen model TGT adalah sebagai berikut :
1.
Setiap kelompok menentukan salah satu anggota sebagai Reader (pembaca soal kuis turnamen) pertama dan pembaca kunci jawaban. Pembaca soal ke dua, ke tiga dan seterusnya digilir berurutan searah dengan putaran jarum jam. Pembaca kunci jawaban adalah siswa yang posisi duduknya di sebelah kanan reader.
2.
Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada reader, selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelom-pok yang lain searah putaran jarum jam.
3.
Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yang memperoleh point adalah siswa pertama yang menjawab benar.
4.
Turnamen berlanjut, sampai semua soal sudah dibacakan. Kemu-dian perolehan skor masing-masing anggota dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar sekaligus untuk perhitungan skor kelompok
Fase 6 : Validation
Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran.
Fase 7 : Penghargaan kelompok (Team recognition)
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok, kemudian diadakan rekapitulasi nilai dan ditentukan skor kelompok menggunakan Tabel 3 ( Penghitungan skor kelompok) di bawah ini :
Skor kelompok pada model TGT minimal 190 dan skor maksimal 210 (untuk pemain 5 orang).
Tabel 3 : Penghitungan Skor Kelompok
Jumlah Anggota
Penghitungan skor kelompok
2
60 40
20 40
3
60 50 60 40
40 50 30 40
20 20 30 40
4
60 50 60 60 50 60 40 50
40 50 40 40 50 30 40 50
30 30 40 30 50 30 40 30
20 20 20 30 20 30 40 30
5
60
50
60
60
60
50
60
60
40
50
40
50
60
50
50
50
50
50
40
50
50
50
40
50
40
40
40
50
40
50
50
50
40
40
40
30
40
50
40
30
40
40
40
40
40
30
50
40
30
30
30
30
30
30
40
30
40
40
40
40
30
30
30
30
20
20
20
20
30
20
20
30
30
40
40
20
30
30
30
30
Untuk menentukan penghargaan kelompok, menggunakan Tabel 4 berdasarkan skor rata-rata kelompok.
Tabel 4 : Skor Penghargaan Kelompok Tipe TGT
NO
PEROLEHAN SKOR RATA-RATA
PREDIKAT
1
45 atau lebih
Super Team
2
40 – 44
Great Team
3
30 - 39
Good Team
Fase 8 : Evaluasi oleh guru
Persiapan yang harus dilakukan guru jika akan menggunakam model pembelajaran TGT:
  1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
  2. Lembar Soal Kuis (atau berupa kartu soal)
  3. Lembar kunci jawaban
  4. Lembar format rekap skor individu
  5. Lembar format rekap skor kelompok
  6. Alat dan bahan praktik (jika ada kegiatan eksperimen/ demonstrasi)
3. Perbandingan antara Model Pembelajaran STAD dan TGT
a. Pada Model Pembelajaran tipe STAD
1). Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetensi antar kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta mengajar temannya.
2). STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran
3). Untuk STAD bisa menggunakan jumlah soal berapa saja
4). Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya.
5). Sebagian guru memilih STAD karena murni bersifat kooperatif saja.
b. Pada Model Pembelajaran tipe TGT
1) TGT menekankan adanya kompetisi, kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu bentuk turnament
2). TGT menggunakan game-game akademik pada akhir pelajaran
3). Untuk TGT, jumlah soal dalam permainan/kuis harus tiga puluh, karena ini adalah nomor kartu yang digunakan dalam permainan TGT
4). TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lainnya, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah menjadi tanggungjawab individual.
5). Sebagian guru lebih memilih TGT karena faktor menyenangkan dan kegiatannya.
D. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba memberikan alasan penetapan atas dua model Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tersebut yang pada intinya pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kepekaan kita kepada orang lain, dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Kedua Model Pembelajaran tersebut terdiri dari komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim yang pada pelaksanaannya setara/mirip yang membedakan hanya satu hal: TGT menggunakan turnament akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerjaakedemik setara mereka.
b. Kedua Model Pembelajaran tersebut dalam pelaksanaanya memiliki suatu kerjasama yang baik diantara siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan membebaskan siswa tersebut dalam mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
c. Kedua Model Pembelajaran tersebut dapat membantu para siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika
d. Kedua Model Pembelajaran tersebut dapat membuat siswa untuk menerima setiap pendapat dari siswa lain sehingga mengurangi rasa minder akan siswa yang kurang pengetahuannya
e. Kedua Model Cooperative Learning tersebut dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
f. Kedua Model Cooperative Learning tersebut dapat berjalan efektif, apabila guru mampu membuat perencanaan pembelajaran yang baik, meliputi persiap an bahan ajar, skenario kegiatan pembelajaran dan pengaturan kelompok secara konsekuen.
g. Penentuan tipe model Cooperative Learning yang efektif harus disesuai-kan dengan struktur materi pembelajaran/ pokok bahasan
2. Catatan :
a. Siswa perlu dikondisikan belajar mandiri secara kelompok melalui kerja-sama
b. Perlu dilakukan suatu penelitian tindakan kelas (action research) tentang pengaruh tipe model pembelajaran cooperative learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

E. Daftar Pustaka
Al.Krismanto (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contexrual Teaching and Learning (CTL). Dit.PLP, Ditjen Dikdasmen, Jakarta
Fadjar Shadiq (2005). Teknik dan Strategi Pembelajaran Matematika (Bahan Ajar Diklat Guru Matematika SMK). Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Mel Siberman (1996). Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.Insani Madani Slamic Publisher.
Robert E.Slavin (2008). Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Sugiyanto (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13. Surakarta
Suyatno ( 2008 ). Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. http://garduguru.blogspot.com/
_________________(2004). Model-model Pembelajaran Alternatif. Diktat Sosioalisasi KBK 2004.

TIP UNTUK SISWA DAN GURU


TIP MENGHADAPI UJIAN NASIONAL 2009
Oleh : Iwan Sumantri, S.Pd
Kenaikan standar nilai minimal Ujian Nasional diharapkan menjadi langkah awal peningkatan mutu pendidikan dibutuhkan strategi dalam menghadapi UN.
Untuk itu berbagai persiapan perlu dilakukan guna mempersiapkan siswa menghadapi UN, baik oleh guru maupun oleh siswa. Berikut ini penulis mencoba merekomendasikan TIGA hal yang mesti dipersiapkan siswa agar mereka tidak hanya mampu mencapai nilai rata-rata 5,50 yang disyaratkan sebagai penentu kelulusan tetapi juga mampu meraih nilai di atas itu.
Ketiga rekomendasi itu adalah sebagai berikut:
PERTAMA:
Persiapan materi pelajaran yang diujikan. Menguasai materi pelajaran yang diujikan merupakan syarat penting bagi setiap siswa agar mendapatkan nilai yang tinggi.
KEDUA:
Persiapan fisik. Kesehatan seseorang sangat mempengaruhi kualitas kerja/Aktifitas.
Siswa yang sehat akan dapat mengerjakan UN dengan lebih baik.
KETIGA:
Persiapan Psikologis. Persiapan psikologis yang harus dilakukan adalah berdoa (tawakal), menghindari konflik, menumbuhkan percaya diri, dan sitra positif. Diperlukan juga kesaradan bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan dan kelemahan, karena hal tersebut dapat membantu mengurangi ketegangan.
Sedangkan guru harus dapat mengelola proses belajar mengajar (PBM) yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa menjadi termotivasi untuk mendalami materi pelajaran. Guru memfasilitasi siswa dalam memahami dan memaknai materi pelajaran yang didapatkannya. Dengan demikian persiapan guru adalah membantu siswa dalam persiapan materi dan persiapan psikologis untuk memahami UN.

19 January, 2009

PERUTUSAN DAN PESAN


KISAH SEBATANG PINSIL
Oleh. Iwan Sumantri

Pada mulanya, Sang Pembuat Pinsil berkata kepada pinsil: " Ada LIMA hal yang Anda harus ketahui sebelum Aku mengutusmu kedunia. Ingatlah ke LIMA hal itu, dan Anda akan menjadi pinsil terbaik yang pernah ada".

PERTAMA
Anda mampu membuat karya-karya besar, tetapi hanya jika Anda membiarkan diri Anda dalam tangan seseorang yang memegang Anda

KEDUA
Dari waktu kewaktu, Anda akan mengalami pengalaman menyakitkan yang mempertajam diri Anda. Pengalaman ini adalah tuntutan mutlak untuk menjadi pinsil yang terbaik.

KETIGA
Anda memiliki kemampuan memperbaiki kesalahan apapun yang telah Anda lakukan

KEEMPAT
Bagian terpenting dari dirimu adalah bagian yang ada pada bagian terdalam dirimu.

KELIMA
Apapun kondisinya, Anda harus terus menulis. Anda harus tetap meninggalkan jejak yang jelas, tanda yang dapat dibaca dengan jelas, sekalipun dalam kesulitan yang sangat sulit.

Pinsil memahami dan berjanji untuk mengingat, dan kemudian masuk dalam kotak dengan penuh pemahaman akan tujuan sang pembuatnya.

Sekarang, Gantilah Pinsil dengan NAMA ANDA. Ingatlah selalu dan jangan pernah melupakannya dan Anda akan menjadi seorang pribadi terbaik yang pernah ada.

PERTAMA
Anda akan mampu membuat hal-hal besar hanya jika Anda membiarkan diri Anda dituntun oleh tangan Sang Pencipta. Dan membiarkan sesama mengakses talenta yang anda punya.

KEDUA
Dari waktu ke waktu Anda akan mengalami pengalaman yang menyakitkan melalui berbagai kesulitan dan masalah, tetapi pengalaman ini Anda butuhkan untuk menjadi pribadi yang kokoh.

KETIGA
Anda memiliki kemampuan memperbaiki setiap kesalahan yang Anda lakukan, dan melalui hal itu Anda akan berkembang dan bertambah.

KEEMPAT
Bagian terpenting dari dirimu adalah bagian terdalam dari jati dirimu.

KELIMA
Pada setiap jalan yang Anda lalui, Anda harus meninggalkan tanda yang jelas. Apapun situasinya, Anda harus terus melayani Sang Pencipta dalam segala hal.

Setiap orang sama seperti pinsil, diciptakan oleh pencipta secara unik dengan tujuan tertentu. Dengan memahami dan mengingatnya, marilah kita melanjutkan panggilan kita sebagai GURU dan Orang Tua, dengan penuh makna dan menjalin hubungan erat dengan pencipta dan sesama dalam kehidupan kita sehari-hari.
ANDA diciptakan untuk melakukan hal yang BESAR.



16 January, 2009

SOSOK GURU MATEMATIKA IDEAL


SOSOK GURU MATEMATIKA YANG “ IDEAL “
Oleh : Iwan Sumantri, S.Pd
Diakui bahwa guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan sekolah. Maju mundurnya kualitaspendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru. Untuk memperoleh murid dengan sumber daya manusia yang tinggi maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber daya manusia yang tinggi pula. Maka akhir-akhir ini sumber daya manusia atau kualitas sekolah dan pendidikan tetap menjadi sorotan karena dinilai cukup rendah. Untuk peningkatan mutu tersebut maka pemerintah dan pihak-pihak yang merasa ikut bertanggung jawab, telah melakukan berbagai usaha,diantaranya adalah dengan memberikan tunjangan fungsional, mengadakan program diploma pendidikan,menyelenggarakan bermacam-macam bentuk penataran. Dan malah menetapkan kenaikan pangkat bagi jabatan guru dengan angka kredit poin.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapati prilaku anak-anak yang meniru prilaku orang lain yang menjadi pujaannya, seperti meniru gaya pakaian, meniru gaya rambut, meniru gaya bicara. Hal serupa juga terjadi di sekitar lembaga-lembaga pendidikan, seorang siswa yang meniru guru yang ia senangi, seperti meniru cara menulis, cara duduk, cara berjalan, cara membaca dan lain sebagainya. Semua ini membuktikan bahwa pada hakekatnya sifat meniru prilaku orang lain merupakan fitrah manusia, terutama anak-anak. Sifat ini akan sangat berbahaya jika peniruan dilakukan juga terhadap prilaku yang tidak baik.

Ada dua bentuk strategi keteladanan; pertama, yang disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan prilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditargetkan, yaitu seorang guru sengaja memberikan contoh yang baik kepada muridnya supaya dapat menirunya. Kedua, yang tidak disengaja, dalam hal ini guru tampil sebagai seorang figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat menjadikan “teladan” sebagai salah satu strategi, seorang guru dituntut untuk mahir dibidangnya sekaligus harus mampu tampil sebagai figur yang baik. Guru matematika akan dapat memberi contoh cara menghitung yang baik jika iapun menguasai cara menghitung dengan baik, jangan harap seorang guru bahasa Indonesia akan dapat mengajar membaca puisi dengan baik jika dirinya saja tidak mahir dalam bidang ini, demikianlah seterusnya dengan disiplin ilmu yang lain.

Pribahasa “guru kencing berdiri murid kencing berlari” atau kata “guru” dimaknai dengan “digugu dan ditiru”, menunjukan betapa sosok seorang guru dituntun untuk selalu memperlihatkan prilaku yang baik, karena disadari atau tidak, kata-kata dan prilaku seorang guru akan menjadi panutan bagi murid-muridnya.
Berikut ini penulis mencoba menguraikan sosok guru Matematika yang “ideal” . Tentunya paparan yang penulis sampaikan bukan berarti mutlak guru “ideal” seperti yang penulis paparkan, paparan ini hanyalah sebagai asumsi / pendapat penulis berdasarkan pendapat, pengalaman yang penulis rasakan saat dulu menjadi siswa, dan saat sekarang menjadi guru matematika dimana guru matematika adalah salah satu guru yang kurang disenangi oleh para siswa karena matematika yang diasumsikan oleh mereka matematika itu susah, sulit dan sukar sehingga berdampak pada penilain sosok guru. Berikut ini adalah uraian tentang sosok guru matematika yang “ideal” :
1. Sosok Guru Matematika yang ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air zam-zam yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
2. Sosok Guru Matematika yang ideal adalah guru yang mengusai ilmu matematikanya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya.
3. Sosok Guru Matematika ideal adalah guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu diselimuti kecerian, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Senyum, Syukur, dan Sabar).
4. Sosok Guru Matematika yang ideal adalah guru yang memiliki sifat-sifat nabi Muhammad SAW yaitu, Sidiq, Tabliq, Amanah, dan Fathonah (STAF). Guru yang memiliki sikap staf adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki akhlak yang mulia. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sifat STAF harus dimiliki oleh guru dalam mengajar anak didiknya karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki iman yang kuat, menguasai ilmunya, dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
5. Sosok Guru Matematika yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, mendidik dan melatih peserta didik, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual, moral, sosial, emosional, dan motorik. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
Selain kecerdasan intelektual dan moral, kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal. Kecerdasan motorik harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi.
Karena itu sudah sewajarnya bila kita sebagai guru berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru yang ideal. Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Tuhan yang Maha Pemberi. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa memiliki akhlak mulia.

Kesimpulan Akhir
Dari Uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan untuk menjadi sosok guru matematika ideal , selain mahir dibidangnya, seorang guru tentu saja dituntut untuk menjadi figur yang baik, prilaku seorang guru senantiasa menjadi sorotan masyarakat terutama para muridnya, tidak sedikit murid yang mengagumi gurunya bukan hanya karena kepintaran dibidang ilmunya, tetapi justru karena prilakunya yang baik, bersikap ramah, adil dan jujur kepada murid-muridnya.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar dapat menjadi guru “ ideal” dan teladan yang baik adalah dengan selalu mengadakan muhasabah pada diri sendiri, mengoreksi akan kekurangan-kekurangan diri dan berusaha untuk memperbaikinya karena bagaimana mungkin guru akan menjadi teladan sedangkan dirinya penuh dengan kekurangan, bagaimana mungkin guru dapat menundukan kekurangan-kekurangan itu sedangkan dirinya cenderung kepada akhlak yang tercela, bagaimana mungkin guru dapat menasehati murid-muridnya sedangkan dirinya belum mencerminkan kesempurnaan akhlak. Ingatlah Ajaran Ki Hajar Dewantara dengan sistem Amongnnya : Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri handayani.

DISIPLIN DAN DEDIKASI YANG TINGGI MENENTUKAN PRESTASI KERJA



DISIPLIN DAN DEDIKASI YANG TINGGI
MENENTUKAN PRESTASI KERJA
Oleh : Iwan Sumantri
Kemerdekaan bangsa Indonesia sudah 64 tahun, tetapi perjuangan untuk mengisi kemerdekaan harus tetap diteruskan. Perjuangan bangsa ini di wujudkan dengan melaksanakan pembangunan menyeluruh . terarah, terpadu dan berlangsung secera terus menerus sesuai dengan pola umum pembangunan jangka panjang yang dicanangkan dalam GBHN.
Program pembangunan tersebut pada dasarnya merupakan produk Orde Baru yang tidak bisa dipungkuri lagi bahwa pembangunan yang sedang berlangsung dan akan dilaksanakan berikutnya merupakan perwujudan hasil karya pemerintah Orde Baru.
Sesuai dengan tekadnya yang sungguh-sungguh telah berhasil menciptakan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis yang sangat mendukung keberhasilan pembangunan, baik dibidang ekonomi maupun pemerintahan, sebagai upaya melaksanakan pembangunan dalam mengisi kemerdekaan melalui tahapan pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan dalam satu kesatuan.
Dengan demikian kita sebagai bangsa yang berbudi luhur dan berkepribadian, sudah sepantasnya menghargai dan merasa memiliki hasil-hasil pembangunan yang telah kita capai dalam pembangunan ini. Menghargai dan merasa memiliki hasil pembangunan berarti kita harus menerima dengan sikap yang positif tidak melakukan peruksakan terhadap hasil-hasil pembangunan, memelihara dan menerima pembaharuan-pembaharuan yang dilaksanakan pemerintah saai ini, sehingga kita dapat menikmati dan merasakan hasil serta berpartisipasi serta turut memelihara hasil pembangunan.
Salah satu upaya serta turut serta memelihara hasil pembangunan adalah dengan disiplin dan dedikasi yang tinggi pada bidang kerja yang kita geluti, sehingga dengan disiplin dan dedikasi yang tinggi akan menentukan prestasi kerja yang kita lakukan.
Sikap disiplin yang baik dapat mendukung kegiatan pengawasan peraturan dan keamanan. Disiplin berarti hukuman bagi yang melanggar tata tertib. Maka dari itu dengan melaksanakan disiplin dan dedikasi seorang pegawai dapat melatih dirinya, dapat mendidik dirinya, untuk mentaati peraturan-peraturan.
Dengan mentaati peraturan-peraturan yang bersangkutan, dapat meningkatkan produktifitas kerja secara lebih efektif dan efesien. Dengan melaksanakan disiplin dan dedikasi yang tinggi berarti para pegawai dapat menjamin kelangsungan hidup dan kelancaran tata kerja. Apabila semua pegawai dapat menerapkan disiplin dan dedikasi yang tinggi dalam kerja, sudah barang tentu dapat memantapkan disiplin keberhasilan didalam produktifitas kerja sehingga akan lahir dan menentukan prestasi kerja.
Dari penjelasan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa disiplin dan dedikasi adalah ketaatan dan kesetiaan di dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pekerjaan yang dibebankan kepada para pegawai.
Disiplin dan dedikasi bagi para pegawai mempunyai makna mengajak untuk melakukan kebiasaan yang baik, melalui penanaman berdasarkan kesadaran diri tanpa adanya suatu paksaan. Para pegawai yang melaksanakan disiplin dan dedikasi kerja yang baik, itu tandanya sudah mempunyai kesadaran dan keyakinan akan berusaha meningkatkan efesiensi dan efektif serta produktifitas kerja.
Seperti kita ketahui bahwa disiplin dan dedikasi yang baik itu adalah yang tumbuh dari rasa kesadaran diri sendiri. Sedangkan disiplin dan dedikasi yang dipaksakan dan merasa terpaksa, malahan akan menimbulkan disiplin mati, disiplin kaku. Jika seorang pegawai menjalankan disiplin dan dedikasi secara mati atau kaku, berarti akan menurunkan semangat kerja, karena dirinya merasa terpaksa serta mustahil akan melahirkan prestasi kerja. Adapun konsep dasar disiplin dan dedikasi yang tinggi antara lain adalah menyiapkan suasana kerja yang menyenangkan agar disiplin dan dediikasi dapat dikembangkan.
Dengan adanya suasana kerja yang menyenangkan berarti seorang pimpinan dapat mengambil tindakan terhadap pegawai yang melanggar peraturan disiplin.
Sikap kesediaan para pegawai untuk mentaati disiplin dan dedikasi yang tinggi pada pekerjaan perlu dibina terus menerus. Semangat kerja pada pegawai harus tumbuh dengan baik. Begitu pula pengembangan kepribadian, penghargaan,peningkatan karier dan penciptaan suasana lingkungan kerja perlu dikembangkan dengan baik. Disiplin dan dedikasi yang tinggi dari para pegawai akan tumbuh dengan baik, karena banyak dipengaruhi oleh lingkungan, tempat bekerja serta hubungan yang harmonis baik antara pegawai dengan pegawai maupun dengan atasannya.
Konsep disiplin dan dedikasi akan tertanam dengan baik, kalau para pegawai yang bekerja di lingkungan kantor mau menghargai setiap usaha yang dijalankannya. Dengan demikian semua konsep disiplin dan dedikasi akan dijalannya dengan dasar adanya hormat-menghormati, saling menghargai setiap usaha yang dijalankannya, bahkan bantu-membantu yang berhubungan dengan masalah pekerjaan, sehingga dengan disiplin dan dedikasi yang tinggi menentukan prestasi kerja seseorang dibidangnnya.