23 February, 2009

CERITA BERSAMBUNG TENTANG PKM

Kegiatan Awal PKM Depok 1
Oleh : Iwan Sumantri, S.Pd
( Anggota Kelompok SMP Negeri 1 Depok)



PKM (Pemantapan Kemampuan Mengajar) adalah salah satu mata kuliah yang
harus dijalani oleh peserta sertifikasi Jalur Pendidikan dengan bobot 6 SKS di semester genap. Berikut ini sekilas cerita pendek tentang PKM yang akan penulis sampaikan. Penulis adalah salah satu peserta kelompok PKM yang ditempat di SMP N 1 Depok denga empat rekan yaitu : Pak Karso Mulyo, M.Pd (ketua Kelompok), Pak Acmad Agus, S.Pd (Sekretaris+ Bendahara Kelompok) Pak Imam Santosa, S.Pd, Pak Ahmad Agus, S.Pd. Diawali dengan pembekalan hari Selasa, 10 Pebruari 2009, kami disatukan dalam sebuah Workshop khusus tentang Pembekalan PKM bersama-sama dengan guru pamong, dosen pembimbing dan panitia penyelenggara dari FMIPA. Kurang lebih 8 jam kami mengikuti work shop mulai dari registrasi,pembukaan oleh ketua Jurusan Pend.Mat(Dr. Hartono), Dekan FMIPA UNY (Dr. Ariswan), mendengarkan dan diskusi tentang materi Lesson Study "Mempertajam Mata,Telinga, dan Hati Guru Matematika Melalui Lesson studi (Djamilah Bondan Widjajanti,M.Pd), Materi Pedoman PKM (Sukirman, M.Pd), Simulasi Lesson Study, sampai ke penbentukan kelompok dan penyusunan rencana kegiatan PKM di sekolah masing-masing sampai terakhir penutupan. Banyak hal yang bisa kami dapatkan dari work shop tsb, terutama tentang Lesson study.

Setelah kegiatan Workshop, kelompok kami mempersiapkan diri u
ntuk melakuknan kegiatan seperti menyusun jadwal PKM yang berisi kegiatan-kegiatan tiap putaran seperti Pembahasan RPP, Implementasi RPP dan Refleksi Pembelajaran.

Kegiatan PKM kelompok Depok 1 diawali dengan penyerahan kami ke sekolah mitra yaitu ke SMPN 1 Depok ( sekolah SSN) oleh Dos
en Pembimbing (Atmini Dhoruri, M.S) pada hari Selasa, 17 Pebruari 2009 , yang alhamdulilah dalam pelaksanaannya berjalan lancar. Kemudian hari berikutnya kami Rabu, 18 Pebruari kelompok kami melaksanakan Kegiatan Pembahasan RPP ( Plan/Perencanaan )yang bertempat di Sekolah SMPN 1 Depok ( R. Perpustkaan) dari pukul 10.00 sd 13.00 yang dibimbing oleh guru pamong kami ( Pak Suhardi, S.Pd dan Bu Diah Wardhani) yang dengan tulus dan bijak membimbing kami berdiskusi untuk membuat RPP yang akan kami gunakan nanti dalam Implentasi RPP (Kegiatan DO nya). Alhamdulilah kami menghasilkan RPP awal, 5 RPP yang dapat kami diskusikan untuk di pakai pada waktu implementasi nanti. Cukup alot dalam mendiskusikan RPP yang kami buat. Tapi banyak hal yang dapat kami raih dan dijadikan modal dalam penyusunan RPP kelak nanti. Mudah-mudahan nanti kami pada pelaksanaan implementasi RPP sesuai dengan yang kami rencanakan yaitu Rabu sd Kamis 25-26 Pebrauri 2009 mulai pukul 07.00 sd pukul 15.00.

Bersambung

14 February, 2009

PENGETAHUAN BUAT GURU MATEMATIKA

TAHUKAH ANDA APAKAH NOL ITU?
Oleh: Iwan Sumantri
(dikutip dari buku Ensiklopedi Matematika &Peradaban Manusia)
Kata ”zero” atau nol berasal dari bahasa Latin zephirum, yang berarti kosong atau hampa. Simbol “0” berasal dari India; pada tahun 830 M Al-Khwarizmi menjelaskan sistem dari angka India termasuk kegunaan nol, tetapi belumlah digunakan di Barat sampai dengan 400 tahun kemudian. Nol terus menerus menjadi suatu teka-teki bagi para sarjana pada masa itu. Apakah nol merupakan sebuah bilangan atau hanya digit? Jika tidak masuk dalam katagori keduanya, maka apalah artinya dan untuk apa disertakan? Leonardo dari Pisa atau Fibonacci (1180-1250), dalam bukunya Liber Abaci, menjelaskan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa nol dapat digunakan sebagai suatu “place holder” (penentu tempat) yang memisahkan kolom-kolom dalam gambar-gambar. Atau bisa juga mewakili sebuah posisi dalam suatu skala. Dalam skala-skala suhu, nol derajat merupakan suatu hal yang jelas; tidak berarti bahwa “tidak ada suhu”.
Berhitung dengan menggunakan 0
Perhitungan-perhitungan mudah dalam operasi-operasi penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan menggunakan 0 akan memberikan hasil-hasil yang sangat menarik, terutama pada saat anda ingin membagi sebuah bilangan dengan 0
Penambahan dengan 0 45 + 0 = 45
Bilangan tidak berubah
Pengurangan dengan 0 45 – 0 = 45
Bilangan tidak berubah
Perkalian dengan 0 45 x 0 = 0
Mengalikan sebuah bilangan dengan 0
Maka hasilnya akan selalu 0
Pembagian dengan 0 45 : 0 = E atau error
Dengan manggunkan kalkulator, jika kita membagi
Sebuah bilangan dengan 0, maka hasilnya akan selalu
Error. Karena 0 merupakan satu-satunya bilangan di mana
Operasi pembagian menjadi tidak masuk akal.

BILANGAN-BILANGAN POSITIF DAN NEGATIF
Bilangan-bilangan yang lebih besar dari nol biasanya disebut bilangan “positif”, dan bilangan-bilangan yang lebih kecil dari nol disebut bilangan “negatif”. Bilangan-bilangan tersebut dikenal pada Zaman Cina kuno. Bangsa Cina mempunyai dua set pengukuran untuk perhitungan: merah untuk bilangan-bilangan positif, dan hitam untuk bilangan-bilangan negatif. Bilangan-bilangan negatif tidak begitu biasa ditemukan di luar Cina sampai akad ke-16, tetapi sekarang telah digunakan secara meluas. Dalam dunia finasial, pada saat miliaran saham berpindah tangan, uang ditransfer secara elektronik ke dalam rekening bank dalam bentuk bilangan-bilangan positif maupun negatif; bukannya dalam bentuk uang lembaran atau koin. Dalam bidang navigasi, teknik, dan sains, tingkat nol dipilih sebagai alat yang sesuai, untuk kemudian menentukan ukuran positif atau negatif- misalnya, kedalaman sebuah samudera atau sebuah ngarai, atau kandungan listrik dari sebuah atom
SILAHKAN ANDA COBA !
Aturlah angka-angka 1,2,3,4 dan 5, menggunakan tanda plus dan minus (operasi jumlahan dan pengurangan), sehingga jumlahnya menjadi 111. Pastikan bahwa untuk setiap digit, Anda hanya menggunakannya satu kali dalam penjumlahan Anda Tadi. Sekarang dengan menggunakan aturan yang sama, dapatkan Anda menghasilkan jumlah 222 dan 333?
(Jawaban : 135 – 24 = 111)

KATA-KATA BIJAK BUAT SANG GURU

YA
Oleh: Iwan Sumantri
(Dari Berbagai Sumber)

Ya, dengan senyum cantik Anda yang membangkitkan rasa cinta dan menebar sayang kepada orang lain.
Ya, dengan tutur kata baik Anda yang dapat menjalin persahabatan yang dianjurkan syariat dan menghapus semua rasa dengki
Ya, dengan ketulusan darma Anda yang dapat membahagiakan orang miskin, mengembirakan orang fakir, dan mengenyangkan orang lapar
Ya, dengan duduk manis bersama Al-Qur’an seraya membaca, merenungi makna, mengamalkan kandungannya, bertobat, dan memohon ampun kepada-Nya
Ya, dengan banyak dzikir, memohon ampun, rajin berdoa, dan suka memperbaharui tobat
Ya, dengan mendidik anak-anak Anda untuk mendalami agama, mengajari mereka sunah, dan membimbig mereka kepada hal-hal yang berguna bagi mereka
Ya, dengan rasa malu dan hijab seperti diperintahkan Allah kepada Anda sebagai sarana memelihara diri dan kehormatan Anda
Ya, dengan berteman bersama wanita-wanita yang baik dari kalangan mereka yang mempunyai rasa takut kepada Allah, menyukai pengamalan agama, dan menghormati norma-norma etika
Ya, dengan berbakti kepada kedua orang tua, bersilatuhrahmi, menghormati tetangga, dan menjamin anak-anak yatim
Ya, dengan membaca buku-buku yang bermanfaat, menelaah bacaan yang berguna, maka hal itu benar-benar merupakan hal yang amat menyenangkan lagi memberikan nformasi yang benar

TIDAK
Oleh: Iwan Sumantri
(Dari Berbagai Sumber)

Tidak, Anda tidak akan menghabiskan usia Anda untuk hal-hal yang sepele, seperti suka mengadakan pembalasan dan berdebat tentang hal yang tidak mengandung kebaikan
Tidak, Anda tidak akan menghasilkan uang dan menghimpunnya dengan mengorbankan kesehatan, kebahagiaan, tidur dan ketengan Anda
Tidak, Anda tidak akan mencari-cari kesalahan orang lain, mengumpat mereka, dan melupakan kekurangan yang ada pada diri sendiri.
Tidak, Anda tidak akan membenamkan diri kedalam kesenangan hawa nafsu dan menghambur segala sesuatu yang disukai dan yang diinginkannya
Tidak, Anda tidak akan menyia-nyiakan waktu bersama dengan orang-orang pengangguran dan membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia
Tidak, Anda tidak akan menelantarkan kesehatan fisik, kebersihan rumah, aroma yang harum, dan kerapian semuanya.
Tidak, Anda tidak akan meneguk berbagai minuman yang diharamkan, merokok, candu, dan semua kebiasaan yang buruk
Tidak, Anda tidak akan mengingat musibah yang telah berlalu, bencana yang sudah silam, atau kekeliruan yang pernah dialami
Tidak, Anda tidak akan melupakan akhirat, beramal untuk menyambutnya, dan lalai terhadap adegan-adegan yang akan terjadi di dalamnya.
Tidak, Anda tidak akan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang diharamkan, berfoya-foya untuk hal-hal yang dibolehkan, dan melupakan ketaatan.

07 February, 2009

BAHAN RENUNGAN BUAT GURU


SUDAH BAHAGIAKAH GURU-GURU DI INDONESIA?
(Sebuah Artikel di harian Pikiran Rakyat, Rabu 4 Pebruari 2009)
Di kutip Oleh: Iwan Sumantri
Anda bangga menjadi GURU? Kalau iya bagus. Jika alasan bangga tadi karena menghayati benar bahwa profesi guru merupakan tugas mulia untuk melahirkan generasi bangsa yang cerdas, itu sangat bagus.
Pikiran yang membuat bangga tadi mampu mendorong guru mengajar sepenuh hati, penuh cinta, dan tidak mengeluh atas tantangan yang dihadapinya. Pasalnya, mereka yang punya pikiran positif, besar kemungkinan adalah orang-orang bahagia. Demikian kesimpulan yang disampaikan penulis buku” THE 7 LAWS OF HAPPINES” Arvan Pradiansyah.
Arvan mengatakan, inti dari cara mencapai kebahagiaan adalah penguasaan pikiran dengan hal-hal yang positif. Kebagian guru akan menentukan efektifitas pentransferan ilmu kepada anak didik.Ketika guru merasa bahagia ,dia bisa merasuk ke dalam jiwa anak, sehingga mampu mengikuti cara maupun kecepatan berpikir anak. Guru berusaha menyesuaikan diri agar anak dapat menerima ilmu yang dia punya secara utuh.
Menurut dia,akan beda hasilnya jika dibandingkan dengan guru yang tidak bahagia saat mengajar.’’Ya akan seperti kaset saja. Jadi di stop rewind-play,sebab tidak menyelami cara berpikir anak. Dia justru memaksa anak mengikuti kecepatan berpikirnya, sementara setiap siswa punya kemampuan yang berbeda. Yang ada, akhirnya guru mengeluh cape karena yang dia rasakan hanyalah telah berulang-ulang mengerjakan, ujarnya.
Agar bahagia, guru harus menjauhi pola pikirnya, misalnya menjadi guru karena tidak ada pekerjaan lain. Atau, guru adalah propesi yang jauh dari sejahera. ‘’Selama ini, yang saya amati, guru-guru kita masih ada yang berpikir seperti itu. Belum lagi ditambah masalah-masalah yang terjadi di rumah tangganya , sehingga mempertebal dinding hambatan untuk bahagia. Mereka harus menghancurkan dinding tadi agar ketika mengajar tidak seperti kaset tadi, ‘’ujarnya .
Kebahagiaan itu, kata dia.tidak terlepas dari adanya energi positif. Orang yang bahagia adalah mereka yang mampu menyebarkan energi positif kepada orang di sekelilingya,’’Jadi kalau ada yang ngobrol dengan seseorang lalu dia senang, artinya seseorang itu bahagia karena mampu menyebarkan energi positif, katanya.
Seperti halnya baterai, agar kebahagiaan tetap stand by, energi positif tadi harus di isi.’’Pikiran harus diisi dengan makanan yang baik.Itulah yang saya sebut the 7 laws of happines ( tujuh rahasia hidup yang bahagia ),’’kata Arvan.
Arvan menyebutkan, ketujuh rahasia tesebut adalah SABAR, SYUKUR, SEDERHANA, KASIH,MEMBERI, MEMAAFKAN DAN PASRAH. Namun kalau disatukan ketujuh rahasia tersebut adalah SABAR. ”Apabila sabar guru bisa memaafkan kesalahan anak didik” tutur penulis buku ” life is the beatiful itu.
Palin tidak, tujuh rahasia tersebut bisa menjadi asupan bergizi bagi berpikir manusia/guru.Arvan mengingatkan agar tidak sembarangan memilih makanan untuk pikiran. ” Penyakit yang sering dialami manusia 70%-nya disebabkan makanan buruk di pikran,” ujarnya.

05 February, 2009

BUDAYA KOSIK

BUDAYA KOSIK BUDAYA SIAPA?
Oleh: Iwan Sumantri

Mahluk yang berbudaya dari segala ciptaan Tuhan, ialah hanya yang disebut manusia dengan dibekali akal fikiran, dan perasaan yang memadai untuk pedoman. Menunjukkan bahwa manusia itu secara naluriah terus menerus mengadakan perbaikan, pembaharuan, atau reformasi dengan tertibdan damai (evolusi). Dahulu tingal di gubuk-gubuk terbuat dari bambu dan beratap ilalang, kemudian dapat tinggal di rumah-rumah mewah, dinding tembok dan berlantai ganda sebagai bukti proses budaya yang berdampak kemajuan.
Beda dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan, ciptaan Tuhan disamping manusia, sejak dahulu tidak mengalami perubahan, seperti pohon nyiur , subur tumbuh di tepi pantai, kerdil di daerah pegunungan, tidak bercabang, kalaupun dapat berubah keadaaanya karena perbuatan tangan manusia (dibudidayakan). Begitu pula misalnya burung-burung tempua (laying-layang), bersarang ditempat-tempat yang tinggi, pada pohon-pohon kelapa dan sebagainya, kalaupun sekali bersarang di tempat yang rendah tentu ada “rahasia”nya ( ingat peribahasa : Kalau tidak mengada-ngada manakan tempua bersarang rendah}
Begitulah bentuk ciptaan Tuhan sejak jaman dahulu sampai sekarang hidupnya tidak mengalami perubahan, tidak menyentuh proses budaya (bereformasi) seperti MANUSIA.
Proses buadaya yang dimotori oleh “budi” (fakir, rasa dan kemauan) membawa manusia kepada kemajuan, memudahkan dan menyenagkan hidupnya dari waktu ke waktu sampai hari ajalnya yang ditunjang oleh pendidikan untuk meningkatkan kualitas dirinya. Makin berkualitas makin maju dan makin sejahtera hidupnya, setelah berhasil menghadapi tantangan dan menang dalam berpacu menggapai kesuksesan. Siapa cerdas dia tuntas dan siapa cepat ia mendapat, terlambat dapat “lumat” digilas waktu yang tidak kenal menunggu.
Manusia sebagai mahluk budaya itu kemajuannya berbeda-beda tergantung kepada masing-masing aktivitasnya, rajin, terampil, atau malas mbekekeh (ogah-ogahan, uring-uringan) yang berujung pada keberhasilan atau kegagalannya.
Seperti keadaan yang umum menggejala pada waktu akhir-akhir ini justru pada saat-saat kegiatan pembangunan sedang dilancarkan, terkesan berkembangnya proses budaya yang disebut “ BUDAYA KOSIK” ( KOSIK = mengko DISIK= nanti dulu) dan tragisnya (sedih) nya menghinggapi banyak diantara kita (guru dan peserta didik)
Budaya Kosik gejalanya menghinggapi orang-orang khususunya para remaja yang tergolong aktivitasnya rendah, sebab apabila mengerjakan sesuatu kerap ditunda-tunda waktunya dan kalau diharapkan pertolongannya, terlontar begitu saja dari ucapannya,” kosk, ah” atau "sebentar, ah” atau “ nanti dulu, ah”.
Pertolongan yang diharapkan tertunda padahal santa diperluka, sehingga terbengkalai urusan yang hendak dikerjakan.
Kontras (bertentangan)-nya “budaya kosik” di satu pihak dengan “budaya instant” dilain pihak, memang dapat membingungkan orang-oarang yang memperhatikan, sehingga timbul kesan seolah-olah masyarakat sedang dalam kebingungan.
“ Budaya instant” berseberangan dengan “budaya kosik” yang para pelakunya ingin selalu cepat berhasil dan biasanya menghalalkan segala bentuk cara pencapainnya. Menghafal pelajaran menggunakan “ budaya kosik:. Namun keberhasilannya melalui” budaya instant”, maka menyontek, menyuap kalau perlu, dilakukan demi mencapai tujuan.
Kedua-duanya kalau dikatakan sebagai hasil budaya, dapat diterima, tetapi hasil budaya yang kurang baik. Seperti halnya tiap kejahatan dapat dikatakan sebagai hasil budaya, tetapi hasil dari budi asor (rendah)” bukan “budi luhur” (akhlakul kharimah). Budi Luhur menurut Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, harus memuat nilai-nilai : indah, halus dan luhur (mulia) sekaligus.